Minggu, 17 Maret 2013

MELUPAKANMU-JIKUSTIK



Akhirnya ku buktikan

Dirimu bisa kutemukan

Walau mencari menunggu lama

Setiap keping kenangan

Kusimpan erat digenggaman

Terlindung dari badai dan hujan


Sampai saat ini

Tak pernah terpikir

Melupakanmu

Di dalam hatiku

Ku tak pernah mau

Melupakanmu

Melupakanmu


Pandang lah malam bintang

Menjadi teman perjalanan

Saat mencari menunggu lama

Senin, 11 Maret 2013

entah cerita siapa



PEREMPUAN YANG DICINTAI SUAMIKUUU…

Cerita ini adalah kisah nyata… dimana perjalanan hidup ini ditulis oleh seorang istri.

Kehidupan pernikahan kami awalnya baik2 saja menurutku. Meskipun menjelang pernikahan selalu terjadi konflik, tapi setelah menikah Mario tampak baik dan lebih menuruti apa mauku.


Kami tidak pernah bertengkar hebat, kalau marah dia cenderung diam dan pergi kekantornya bekerja sampai subuh, baru pulang kerumah, mandi, kemudian mengantar anak kami sekolah. Tidurnya sangat sedikit, makannya pun sedikit. Aku pikir dia workaholic.


Dia menciumku maksimal 2x sehari, pagi menjelang kerja, dan saat dia pulang kerja, itupun kalau aku masih bangun. Karena waktu pacaran dia tidak pernah romantis, aku pikir, memang dia tidak romantis, dan tidak memerlukan hal2 seperti itu sebagai ungkapan sayang.


Kami jarang ngobrol sampai malam, kami jarang pergi nonton berdua, bahkan makan berdua diluarpun hampir tidak pernah. Kalau kami makan di meja makan berdua, kami asyik sendiri dengan sendok garpu kami, bukan obrolan yang terdengar, hanya denting piring yang beradu dengan sendok garpu.


Kalau hari libur, dia lebih sering hanya tiduran dikamar, atau main dengan anak2 kami, dia jarang sekali tertawa lepas. Karena dia sangat pendiam, aku menyangka dia memang tidak suka tertawa lepas.


Aku mengira rumah tangga kami baik2 saja selama 8 tahun pernikahan kami. Sampai suatu ketika, disuatu hari yang terik, saat itu suamiku tergolek sakit dirumah sakit, karena jarang makan, dan sering jajan di kantornya, dibanding makan dirumah, dia kena typhoid, dan harus dirawat di RS, karena sampai terjadi perforasi di ususnya.. Pada saat dia masih di ICU, seorang perempuan datang menjenguknya. Dia memperkenalkan diri, bernama meisha, temannya Mario saat dulu kuliah.

Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana, tapi aku tidak pernah melihat mata yang begitu cantik seperti yang dia miliki. Matanya bersinar indah, penuh kehangatan dan penuh cinta, ketika dia berbicara, seakan2 waktu berhenti berputar dan terpana dengan kalimat2nya yang ringan dan penuh pesona. Setiap orang, laki2 maupun perempuan bahkan mungkin serangga yang lewat, akan jatuh cinta begitu mendengar dia bercerita.

Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario selama mereka kuliah dulu, Meisha bercerita Mario sangat pendiam, sehingga jarang punya teman yang akrab. 5 bulan lalu mereka bertemu, karena ada pekerjaan kantor mereka yang mempertemukan mereka. Meisha yang bekerja di advertising akhirnya bertemu dengan Mario yang sedang membuat iklan untuk perusahaan tempatnya bekerja.

Aku mulai mengingat-ingat 5 bulan lalu ada perubahan yang cukup drastis pada Mario , setiap mau pergi kerja, dia tersenyum manis padaku, dan dalam sehari bisa menciumku lebih dari 3x. Dia membelikan aku parfum baru, dan mulai sering tertawa lepas. Tapi disaat lain, dia sering termenung didepan komputernya. Atau termenung memegang Hp-nya. Kalau aku tanya, dia bilang, ada pekerjaan yang membingungkan.

Suatu saat Meisha pernah datang pada saat Mario sakit dan masih dirawat di RS. Aku sedang memegang sepiring nasi beserta lauknya dengan wajah kesal, karena Mario tidak juga mau aku suapi. Meisha masuk kamar, dan menyapa dengan suara riangnya,


” Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu yang nomor satu ini ? tidak mau makan juga? uhh… dasar anak nakal, sini piringnya, ” lalu dia terus mengajak Mario bercerita sambil menyuapi Mario , tiba2 saja sepiring nasi itu sudah habis ditangannya. Dan….aku tidak pernah melihat tatapan penuh cinta yang terpancar dari mata suamiku, seperti siang itu, tidak pernah seumur hidupku yang aku lalui bersamanya, tidak pernah sedetikpun !


Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia membalikkan tubuhnya membelakangi aku saat aku memeluknya dan berharap dia mencumbuku. Lebih sakit dari rasa sakit setelah operasi caesar ketika aku melahirkan anaknya. Lebih sakit dari rasa sakit, ketika dia tidak mau memakan masakan yang aku buat dengan susah payah. Lebih sakit daripada sakit ketika dia tidak pulang kerumah saat ulang tahun perkawinan kami kemarin. Lebih sakit dari rasa sakit ketika dia lebih suka mencumbu komputernya dibanding aku.

Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat perempuan itu. Meisha begitu manis, dia bisa hadir tiba2, membawakan donat buat anak2, dan membawakan ekrol kesukaanku. Dia mengajakku jalan2, kadang mengajakku nonton. kali lain, dia datang bersama suami dan ke-2 anaknya yang lucu2.


Aku tidak pernah bertanya, apakah suamiku mencintai perempuan berhati bidadari itu? karena tanpa bertanya pun aku sudah tahu, apa yang bergejolak dihatinya.

Suatu sore, mendung begitu menyelimuti jakarta , aku tidak pernah menyangka, hatikupun akan mendung, bahkan gerimis kemudian.

Anak sulungku, seorang anak perempuan cantik berusia 7 tahun, rambutnya keriting ikal dan cerdasnya sama seperti ayahnya. Dia berhasil membuka password email Papa nya, dan memanggilku, ” Mama, mau lihat surat papa buat tante Meisha ?”

Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat elektronik itu,



= = = = = = = = = = = = = = = =


Dear Meisha,

Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang mengisi seluruh relung hatiku, aku tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan pada Rima. Aku mencintai Rima karena kondisi yang mengharuskan aku mencintainya, karena dia ibu dari anak2ku.

Ketika aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh2 mencintainya. Tidak ada perasaan bergetar seperti ketika aku memandangmu, tidak ada perasaan rindu yang tidak pernah padam ketika aku tidak menjumpainya. Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaannya. Ketika konflik2 terjadi saat kami pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa, tapi aku tidak sanggup mengatakan padanya bahwa dia bukanlah perempuan yang aku cari untuk mengisi kekosongan hatiku. Hatiku tetap terasa hampa, meskipun aku menikahinya.

Aku tidak tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta untuknya, seperti ketika cinta untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon2 beringin yang tumbuh kokoh tanpa pernah mendapat siraman dari pemiliknya. Seperti pepohonan di hutan2 belantara yang tidak pernah minta disirami, namun tumbuh dengan lebat secara alami. Itu yang aku rasakan.

Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena kau sudah menjadi milik orang lain dan aku adalah laki2 yang sangat memegang komitmen pernikahan kami. Meskipun hatiku terasa hampa, itu tidaklah mengapa, asal aku bisa melihat Rima bahagia dan tertawa, dia bisa mendapatkan segala yang dia inginkan selama aku mampu. Dia boleh mendapatkan seluruh hartaku dan tubuhku, tapi tidak jiwaku dan cintaku, yang hanya aku berikan untukmu. Meskipun ada tembok yang menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa engkau mengerti, you are the only one in my heart.

yours,

Mario



= = = = = = = = = = = = = = = =

Mataku terasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat. Meskipun baru berusia 7 tahun, dia adalah malaikat jelitaku yang sangat mengerti dan menyayangiku.


Suamiku tidak pernah mencintaiku. Dia tidak pernah bahagia bersamaku. Dia mencintai perempuan lain.

Aku mengumpulkan kekuatanku. Sejak itu, aku menulis surat hampir setiap hari untuk suamiku. Surat itu aku simpan diamplop, dan aku letakkan di lemari bajuku, tidak pernah aku berikan untuknya.

Mobil yang dia berikan untukku aku kembalikan padanya. Aku mengumpulkan tabunganku yang kusimpan dari sisa2 uang belanja, lalu aku belikan motor untuk mengantar dan menjemput anak2ku. Mario merasa heran, karena aku tidak pernah lagi bermanja dan minta dibelikan bermacam2 merek tas dan baju. Aku terpuruk dalam kehancuranku. Aku dulu memintanya menikahiku karena aku malu terlalu lama pacaran, sedangkan teman2ku sudah menikah semua. Ternyata dia memang tidak pernah menginginkan aku menjadi istrinya.

Betapa tidak berharganya aku.. Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga seorang perempuan yang berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya ? Kenapa dia tidak mengatakan saja, bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak menginginkan aku ? itu lebih aku hargai daripada dia cuma diam dan mengangguk dan melamarku lalu menikahiku.. Betapa malangnya nasibku.

Mario terus menerus sakit2an, dan aku tetap merawatnya dengan setia. Biarlah dia mencintai perempuan itu terus didalam hatinya. Dengan pura2 tidak tahu, aku sudah membuatnya bahagia dengan mencintai perempuan itu. Kebahagiaan Mario adalah kebahagiaanku juga, karena aku akan selalu mencintainya.

**************

Setahun kemudian…

Meisha membuka amplop surat2 itu dengan air mata berlinang. Tanah pemakaman itu masih basah merah dan masih dipenuhi bunga.

” Mario, suamiku….



Aku tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku pertama kali bekerja dikantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku. Aku begitu terpesona padamu yang pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya aku ketika aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku mencintaimu, dan begitu posesif ingin memilikimu seutuhnya.. Aku sering marah, ketika kamu asyik bekerja, dan tidak memperdulikan aku. Aku merasa diatas angin, ketika kamu hanya diam dan menuruti keinginanku… Aku pikir, aku si puteri cantik yang diinginkan banyak pria, telah memenuhi ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku sehingga mau melakukan apa saja untukku…..


Ternyata aku keliru…. aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan kita. Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari seorang teman kantor dulu yang aku tahu sebenarnya menyukai Mario .

Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata, ” kenapa, Rima ? Kenapa kamu mesti cemburu ? dia sudah menikah, dan aku sudah memilihmu menjadi istriku ?”

Aku tidak perduli,dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.

Sekarang aku menyesal, memintamu melamarku. Engkau tidak pernah bahagia bersamaku. Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku bukanlah wanita yang sempurna yang engkau inginkan.

Istrimu,


Rima”

Di surat yang lain,

“………Kehadiran perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi sedingin es. Engkau mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak pernah melihat cahaya cinta dari matamu untukku, seperti aku melihat cahaya yang penuh cinta itu berpendar dari kedua bola matamu saat memandang Meisha……”


Disurat yang kesekian,

“…….Aku bersumpah, akan membuatmu jatuh cinta padaku.

Aku telah berubah, Mario . Engkau lihat kan, aku tidak lagi marah2 padamu, aku tidak lagi suka membanting2 barang dan berteriak jika emosi. Aku belajar masak, dan selalu kubuatkan masakan yang engkau sukai. Aku tidak lagi boros, dan selalau menabung. Aku tidak lagi suka bertengkar dengan ibumu. Aku selalu tersenyum menyambutmu pulang kerumah. Dan aku selalu meneleponmu, untuk menanyakan sudahkah kekasih hatiku makan siang ini? Aku merawatmu jika engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak mau aku suapi, aku menungguimu sampai tertidur disamping tempat tidurmu, dirumah sakit saat engkau dirawat, karena penyakit pencernaanmu yang selalu bermasalah…….

Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu, aku akan tetap berusaha dan menantinya……..”

Meisha menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua mata indahnya… dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu disampingnya.

Disurat terakhir, pagi ini…

“…………..Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9. Tahun lalu engkau tidak pulang kerumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu pulang, karena hari ini aku akan masak, masakan yang paling enak sedunia. Kemarin aku belajar membuatnya dirumah Bude Tati, sampai kehujanan dan basah kuyup, karena waktu pulang hujannya deras sekali, dan aku hanya mengendarai motor.

Saat aku tiba dirumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran dimatamu. Engkau memelukku, dan menyuruhku segera ganti baju supaya tidak sakit.

Tahukah engkau suamiku,

Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita pacaran, dan hampir 9 tahun kita menikah, baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu dari matamu, inikah tanda2 cinta mulai bersemi dihatimu ?………”

Jelita menatap Meisha, dan bercerita,

” Siang itu Mama menjemputku dengan motornya, dari jauh aku melihat keceriaan diwajah mama, dia terus melambai-lambaikan tangannya kepadaku. Aku tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar dari mama seperti siang itu, dia begitu cantik. Meskipun dulu sering marah2 kepadaku, tapi aku selalu menyayanginya. Mama memarkir motornya diseberang jalan, Ketika mama menyeberang jalan, tiba2 mobil itu lewat dari tikungan dengan kecepatan tinggi…… aku tidak sanggup melihatnya terlontar, Tante….. aku melihatnya masih memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak……” Jelita memeluk Meisha dan terisak-isak. Bocah cantik ini masih terlalu kecil untuk merasakan sakit di hatinya, tapi dia sangat dewasa.

Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi pagi. Mario mengirimkan email lagi kemarin malam, dan tadinya aku ingin Rima membacanya.

Dear Meisha,

Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima berbeda, dia tidak lagi marah2 dan selalu berusaha menyenangkan hatiku. Dan tadi, dia pulang dengan tubuh basah kuyup karena kehujanan, aku sangat khawatir dan memeluknya. Tiba2 aku baru menyadari betapa beruntungnya aku memiliki dia. Hatiku mulai bergetar…. Inikah tanda2 aku mulai mencintainya ?

Aku terus berusaha mencintainya seperti yang engkau sarankan, Meisha. Dan besok aku akan memberikan surprise untuknya, aku akan membelikan mobil mungil untuknya, supaya dia tidak lagi naik motor kemana-mana. Bukan karena dia ibu dari anak2ku, tapi karena dia belahan jiwaku….

Meisha menatap Mario yang tampak semakin ringkih, yang masih terduduk disamping nisan Rima. Diwajahnya tampak duka yang dalam. Semuanya telah terjadi, Mario .

***Kadang kita baru menyadari mencintai seseorang, ketika seseorang itu telah pergi meninggalkan kita..***



(Sumber : No Name / dari berbagai sumber)

Jumat, 22 Februari 2013

KENALKAN, AKU WARNA.... KADANG MENJADI PELANGI KADANG CORETAN ABSTRAK

hey..... kristal yang kini bergentayangan keluar dari 2 singgasananya.... apa kabar....???kenapa kamu yang membeku hilang....??bukankah dulu terlalu mahal untuk jatuh....kasihan.... kasihan si putih... terlalu berat memikir. dan si daging beku merah terlalu berlubang-lubang.seperti biasa, aku mencari-cari jawaban. apa lubang yang terlalu banyak ini memberikan efek pada bulir-bulir kristal itu.

aaah... seperti sebuah lengusan panjang yang tak tau kapan berhenti. dan tak tau dideretan huruf apa ia sekarang. a kah? b? atau bahkan y yang hampir menuju z. letih memang. dan sangat letih. hany saja kali ini tulang-tulang yang biasa rapuh bagai kentang goreng tipis sudah tak sebanding apa-apa lagi.

lagi- lagi si gumpalan daging merah yang merambat hingga ke mata. aneh... dimana perisai yang biasanya ada. hilang atau sudah karatan dimakan usia. sehingga begitu gampangnya ia menusuk-nusuk hati, menjatuhkan harga bulir kristal yang biasa tersimpan dalam besi baja. aku akui...untuk saat ini, aku begitu rapuh.

aku mencoba berjalan mencari toko-toko besar atau tukang besi sekalipun, tempat dimana menyediakan perisai emas yang kuat tak terkalahkan,mencari si pandai besi yang katany mampu menciptakan perisai terkuat. tapi tak ada... tak sebegitu kuat dibanding perisai buatanku sendiri.

aku tak tau mengumpamakan apa lagi. laki-laki itu telah mematahkan tangan dan kakiku. sehingga hanya bisa terhenti. ia menusuk mata tempat si kristal air mata ini bertahta selama ini.  aku benci.... tapi aku mampu kok... nyatanya bertahun-tahun tak ada yang bisa membobolnya. sekuat apapun itu. tapi kali ini, laki-laki itu berhasil memgang kunci peti yang berharga. membobol dan melelehkan butiran kristal yang selama ini beku. aaaaah aku tak suka ini. tapi mau apa lagi. aku harus bagaimana? meminta taman memberikan kupu-kupunya agar aku tertawa. heeeeeeeeey.....

dan heeeeyyy.... aku warna.... kadang bisa ada dilangit menjadi pelangi. kadang ada di kuas yang bisa menghias sebuah kanvas. tapi kenapa aku digunakan untuk mencoret? tak masalah.... coretan abstrak pun terkadang lebih mahal dibandingkan lukisan pemandangan yang katanya indah itu. iya kaaaaan?

aaaakh.... kenapa begitu mengalir deras semua yang berkecamuk di otak. mencoretkan semua keegoisan. aku lelah... tapi aku tak ingin ingkar janji. aku keras... itulah mengapa aku masih berada di hadapanmu.

bila suatu saat aku membenci bentuk coretan yang kau ciptakan... bisakah kau bayar semua kristal yang telah pecah dan mencair ini?

****
Hagi Studio, 22 Februari 2013



Sabtu, 08 Desember 2012

SYNDROME AGUSTUS.....

Dan ketika hari ini, masa dimana aku pernah mulai takut akan keberadaannya.Dimana sesuatu yang menurutku hilang itu telah kembali.namun seperti akan terampas oleh sesuatu yang sesungguhnya tidak mampu aku mengerti..
***

Aku seolah terhantui oleh mimpi buruk..hingga malam terakhir pun..dimana sosok yang beberapa waktu silam telah berubah dari seorang pangeran charming (meski itu hanya menurutku) menjadi seekor anjing hitam besar yang sangat amat mengerikan, dingin sepertti pembunuh berdarah dingin, seram seperti monster turun dari pelanet lain.entah seberapa besar kebencianku yang mampu mengubah seorang pangeran menjadi seorang monster yang memang bgitulah seharusnya. Seluruh mahluk menyetujui julukan terakhirku ini, jelas…mereka telah lebih dulu melantik sapaan itu tepat di dada kanannya.

Ya, pangeran yang telah menjelma menjadi monster itu pernah meluluhkan hatiku, lebih tepatnya memaksa hatiku untuk luluh dan mencintainya dengan apa adanya…tanpa alasan..tidak, tidak! Pada awalnya pun aku tak sudi membayangkan bila suatu saat aku mencintainya.sungguh dia sosok yang tak pantas untuk dicintai.(ini pun ungkapan ketika mata ini terbuka)

Dan ketika itu pula aku mempertanyakan mengapa hanya orang yang hebat yang pantas mendapatkan orang hebat, orang yang berwajah tampan yang pantas mendapatkan si paras cantik, yang baik mendapatkan yang baik.lalu?bagaimana yang tak memiliki semua itu?tak bolehkah ia memperbaiki segalanya?tak berhak kah ia untuk sesuatu yang baik?Sungguh pertanyaan yang aku sesalkan!

Ya, monster itu adalah lelaki yang hamper 5 tahun berada di hatiku.lengket begitu saja tanpa ku tahu alasan mengapa aku tak bisa mengikisnya.bahkan tak seorangpun dapat menemukan alasan yang tepat mengapa ia patut untuk dicintai.
Hingga akhirnya alasan itupun terkuak dengan sendirinya, menumbuhkan beribu benci dan ketakutan.entah siapa yang bisa menerima semua ini dengan apa adanya. Sepertinya sulit..sungguh kenyataan yang menjadikan kisah hebat bagiku.tak semua orang mendapatkan ini.terfikir olehku mengapa Tuhan mempercayaiku untuk menjalankan ini?sebegitu hebatnya kah aku sehingga diberikan ujian yang tak semua orang mampu menjalaninya.



dia syndrome Agustusku...


*** Agustus pada masa itu***
Nb: tulisan lama yang hilang